Friday, November 17, 2006

Wapres Hadiri Haul Syeikh Nawawi

Ribuan warga yang memadati lokasi acara haul Syeikh Nawawi AlBantani yang ke 113 tampak terlihat di sepanjang jalan menuju ke panggung utama. Tampak pula ratusan aparat keamanan berjaga-jaga di pinggir jalan, bahkan pengamanan sudah terlihat sejak dari pintu tol Serang Timur. Keramaian itu menimbulkan kemacetan di sekitar lokasi. Kemacetan bertambah dengan banyaknya para pedagang yang mengais rezeki dengan memanfaatkan momen yang diadakan setahun sekali itu.


KARNOTO-TANARA

Warga yang berkunjung ke tanah kelahiran ulama terkemuka, Syeik Nawawi AlBantani ini bukan saja ingin memperingati acara haul, namun juga ingin melihat secara langsung Wapres Jusuf Kalla. Pada haul kali ini, Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla berkenan menghadiri acara tersebut untuk memberikan sambutan. Menjelang sore warga semakin bertambah, namun tidak membuat warga mengurungkan niatnya untuk menghadiri acara haul hingga selesai.
Setelah berjam –jam menunggu, tepat pukul 18.10 WIB Wapres Jusuf Kalla beserta rombongan tiba di halaman depan Yayasan An-Nawawi. Lokasi inilah yang dijadikan acara haul. Wapres yang mengenakan kemeja putih dengan peci hitam didampingin oleh istrinya langsung mendapatkan keamanan ketak. Turut hadir pula mendampingi beberapa pejabat penting, diantaranya, Menteri Agama M. Basuni, Wakil Ketua MPR RI, Plt. Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah,Kapolda Banten, Bupati Serang, Taufik Nuriman, Bupati Pandegalang, Dimyati Natakusumah. Selain itu hadir pula dari Ma’ruf Amin, pewakilan MUI Pusat sekaligus Ketua Pelaksana haul.
Sebelum menaiki panggung utama Wapres beserta rombongan terlebih dahulu makan malam di rumah salah seorang keturunan Syeikh Nawawi. Sayangnya wartawan tidak bisa mengambil photo ketika Wapres sedang dijamu karena tidak diperkenankan oleh Paspampres. “Stop, jangan lebih dari pintu ini pa,”kata salah seorang Paspampres kepada wartawan. Sekitar 19.00 WIB Wapres mulai berjalan untuk naik ke atas panggung utama setelah ia menunaikan shalat Maghrib berjamaah.
Setelah Wapres dan rombongan sudah duduka dikursi yang telah disiapkan sejak dari pagi, acara pun dimulai. Acara dimulai dengan sambutan Ketua Pelaksana Haul Syeikh Nawawi AlBantani, Ma’ruf Amin. Dalam sambutannya, Ma’ruf hanya menyampaikan dua hal yang selama ini menjadi impiannya. Impian tersebut adalah, pertama, ingin menjadikan Tanara ini menjadi tempat yang mencetak para ulama, dan kedua Ia ingin menjadikan tempat tersebut sebagai tempat berhimpunnya para ulama. “Kalau toh tidak sehebat Syeikh Nawawi, tapi paling tidak kita bisa mendekat kehebatan Syeikh Nawawi,”ujar Ma’ruf, ketua pelaksan sekaligus pengurus MUI Pusat. Ulama berkacamat ini, juga mengatakan, Syeikh Nawawi telah melahirkan ulama dan tokoh agama besar, khususnya di Indonesia. Salah satu muridnya adalah, KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur.
Sementara itu Plt.Gubernur, Ratu Atut Chosiyah dalam sambutannnya hanya mengatakan ucapan terima kasih kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang telah hadir pada acara haul. “Kami atas nama Plt.Gubernur Banten dan masyarakat Banten bersyukur karena Wapres telah datang ke tempat kami,”kata Atut, yang mengenakan pakaian dinasnya.
Sedangkan Wakil Presiden jusuf Kallah hanya memberikan sambutan selama 15 menit. Dengan mengenakan Kemeja putih dan celana hitam, ia pun mulai mendekat podium untuk memberikan sambutan. Seketika itu juga hadirin langsung berdiri untuk melihat lebih jelas wajah orang nomor dua di Rebuplik ini. Namun sayangnya hadirin terpaksa tertahan dengan pagar betis yang telah dibuat oleh protokoler. Dalam sambutannya yang singkat itu, Kalla hanya menegaskan kepada para hadirin yang hadir, agar haul ini hendaknya dijadikan sebagai spirit baru bagi masyarakat agar terus belajar dengan sungguh-sungguh serta kerjakeras supaya tempat ini mampu melahirkan Syeikh-syeikh yang baru. “Jika ada ulama yang mengajar di Indonesia itu biasa, namun jika ada ulama yang menjadi guru di Mekkah itu baru luar biasa,”kata Kalla dengan suara lantangnya.

Saturday, November 04, 2006

Peran Sahabat Kita


Sekitar empat tahun yang lalu saya menghadiri sebuah acara pengajian yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di kampus saya. Awalnya saya tidak begitu mengistimewakan dan juga tidak merendahkan, jadi biasa-biasa saja. Namun menjelang penutupan, ada pernyataan dari narasumber yang sempat mengendap dalam alam pikiran saya, dan pernyataan itu hingga sekarang masih teringat dan sering saya ucapkan juga ketika saya berbicara dengan orang lain.
Narasumber menyatakan, bahwa kalau kita ingin melihat bagaimana kita, lihat saja teman-teman disekitar kita. ”Jika temannya soleh, setidaknya kita juga dicap soleh oleh orang lain, tapi sebaliknya, jika teman kita pemalas, suka menyakiti orang lain, maka kita pun tidak jauh berbeda dengan teman kita,”katanya mengakhiri pembicaraanya. Sederhana memang kata-kata itu, namun cukup mengena dan ternyata pernyataan itu sudah saya buktikan kebenarannya di lapangan berulang-ulang kali.
Sejak saat itu saya mulai berpikir dan mencoba untuk merenungi pernyataan sang pemateri. Dan sejak saat itu pula saya menjadi seorang yang suka mengamati beberapa kawanku yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Bahkan tidak jarang saya sering mengunjungi rumah yang saya jadikan sasaran untuk meneliti latar belakang karakter yang dimiliki oleh temanku. Makanya jarang heran kalau aku hobi banget untuk berkunjung dari rumah ke rumah. Disamping mengamalkan sunnah juga untuk mengetahui lebih jauh lingkungan yang telah membentuk karakter teman-teman saya itu.
Kegiatan semacam itu masih saya lakukan hingga sekarang, karena menurut saya, cara seperti ini lebih nyaman dan memuaskan karena kita bisa melihat dengan sendiri dibalik karakter teman saya itu. Perlu sedikit saya ceritakan keragaman karakter dan yang melatarbelakangi karakternya. Sebab, masa lalu seseorang ketika kecil akan membentuk karakter seseorang ketika menjadi dewasa. Jika masa kecil seseorang hidup dalam lingkungan yang tidak bersahabat, kasar, keras, egois, dan suka berbicara dengan fisik, maka seseorang itu akan menjadi manusia seperti ia kecil.
Namun sebaliknya, jika masa kecil seseorang hidup dalam lingkungan yang baik, penuh tanggung jawab, kasih sayang, lemah lembut, dan penuh kehangatan, maka seseorang itu akan menjadi manusia yang penyayang pula ketika dewasa. Disinilah mulai muncul pertanyaan, bukankah banyak seseorang yang tadinya tidak baik peranginya, namun setelah dewasa seseorang itu menjadi baik atau sebaliknya, orang yang tadinya baik dan lurus, namun setelah dewasa ia memiliki perilaku yang kurang baik, bahkan kasar dan suka menyakiti hati orang atau mungkin sampai dalam bentuk fisik.
Disinilah peran lingkungan dalam membentuk karakter seseorang, kita tidak bisa mengelak soal ini dan agaknya semua sepakat dengan hal ini. Namun persoalannya bukan masalah sepakat atau tidak sepakat, akan tetapi bagaimana kita mendapatkan dan membuat lingkungan yang baik untuk tempat kita bersemayam. Dan harus diingat untuk mencapai kearah sana membutuhkan waktu dan kerja keras, pantang menyerah serta kesabaran. Karena ternyata kesabaran itu bukan kita pakai ketika kita mendapatkan musibah, akan tetapi menjadi orang baik pun membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Banyak yang tidak sabar menjadi orang baik hingga akhirnya kembali lagi ke karakter sebelumnya.
Kembali kepada persoalan peran sahabat dalam membentuk karakter kita. Sedikit meloncat ke depan, bahwasanya, siapapun itu orangnya tentulah ingin menjadi manusia yang berharga dan dihargai. Namun untuk menuju kesana banyak manusia yang tidak betah dan akhirnya menyerah. Sulit memang untuk mencari sahabat yang betul-betul bisa membawa kita menjadi lebih baik, secara teoritis mungkin mudah karena tinggal kita baca , namun fakta di lapangan sulitnya bukan main. Dan yang lebih sulit lagi adalah mempertahankan dan merawat kerpibadian baik kita.
Namun juga bukan berarti hal itu dibisa kita lakukan dan temukan, persoalanya adalah sejauh mana kemauan kita untuk melakukan hal itu. Artinya bukan hanay keinginan saja, namun mesti dilakukan dengan sungguh-sungguh tanpa kenal lelah. Mungkin ada yang bertanya lagi, sampai kapan kita akan melakukan upaya pencarian. Yang jelas, selama nyawa kita masih dikerongkongan, selama itu pula kita harus terus melakukannya.

Friday, November 03, 2006

Liburan Di Pantai Bagedur

Beberapa hari yang lalu, tepatnya Sabtu (28/10) saya dan dua rekan saya mengunjungi sebuah kawasan pantai di daerah Banten Selatan, tepatnya di Pantai Bagedur, Malingping Kabupaten Lebak. Kami berangkat dari Serang, karena kami menggunakan kendaraan pribadi, maka, perjalanan yang semestinya ditempuh empat hingga lima jam, namun bisa kami pangkas sehingga hanya sekitar tiga jam perjalanan.

Untuk menuju ke tempat ini, kita bisa menggunakan beberapa jalur, pertama kita bisa melalui jalan utama Pandeglang-Saketi. Namun jika kita ingin melewati jalur yang sepi, kita bisa menggunakan jalan pedesaan melewati Desa Petir. Perjalanan menuju ke tempat ini cukup berliku, sehingga kami sarankan bagi anda yang ingin berkunjung kesana harus hati-hati, terutama saat musim hujan. Sepanjang perjalanan menuju ke lokasi, kami bertiga menikmati pemandangan di dataran tinggi, selain itu kami pun menikmati dinginya udara.

Setelah menempuh perjalanan cukup lumayan, kami bertiga pun sampai ke lokasi yang kami tuju. “Wah banyak sekali pengunjungnya,”kata Fitron, salah satu temanku yang ikut rombongan. Hari itu memang terlihat ramai sekali, maklum hari itu masih liburan lebaran. Umumnya mereka adalah pengunjung lokal.

Tampak pula beberapa polisi air sedang mengawasi para pengunjung, sembari basa-basi saya pun menghampiri salah satu polisi. Wau rupanya dia komandan di situ. Meskipun dia enggan menyebutkan nama, namun kami sempat berdialog sekitar 15 menit.

Selain soal keamanan yang terjamin, karean patroli polisi, namun tetap saja keselamatan ada pada diri si pengunjung. “Kami kan terbatas, jumlah dan mata kami terbatas, jadi 80 persen keamandan tetap ada pada pengunjung,”ungkapnya dengan nada tegas.

Nah selain keamanan, kita juga tidak perlu khawatir soal makanan, insya allah makanan di sini masih relative murah, meskipun agak mahalan dikit jika kita beli di pasar. Di sini enaknya kita membawa tikar dan makanan sendiri. Sebab di tempat ini ada sebuah tempat di dataran tinggi yang dikelilingi pohon kelapa, jadi lebih santai. Akhirnya saya ucapakan selamat menikmati liburan di pantai Bagedur di Malingping Kabupaten Lebak, Banten.